Rabu, April 15, 2009

Minat Baca, Apakakah Itu?


Ditulis oleh Darmono

Minat membaca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus terhadap bahan bacaan. Minat membaca sangat berpengaruh terhadap ketrampilan membaca.

Kapan manusia mengenal kegiatan membaca, tidak bisa diketahui secara pasti. Kegiatan membaca tidak bisa dipisahkan secara kaku dari kegiatan tulis-menulis dan hal ini berkait erat dengan sejarah lahirnya tulisan. Aktivitas membaca diperkirakan muncul bersamaan manusia mulai mengenal huruf dan tulisan.

Kegiatan menulis adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, pikiran, ide, dan keinginan dalam bentuk simbol-simbol tulisan. Kegiatan membaca adalah menginterpretasikan jalan pikiran sang penulis. Membaca adalah kegiatan yang dilakukan berupa penerjemahan simbol atau huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna bagi seseorang (Bram & Dickey, 1986)

Tujuan Membaca

Secara umum tujuan umum membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Dalam kenyataannya terdapat tujuan yang lebih khusus dari kegiatan membaca, yaitu:

1. membaca untuk tujuan kesenangan. Termasuk dalam kategori ini adalah membaca novel, surat kabar, majalah, dan komik. Menurut David Eskey tujuan membaca semacam ini adalah reading for pleasure. Bacaan yang dijadikan obyek kesenangan menurut David adalah sebagai "bacaan ringan"

2. membaca untuk meningkatkan pengetahuan seperti pada membaca buku-buku pelajaran buku ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca untuk meningkatkan pengetahuan disebut juga dengan reading for intelectual profit

3. membaca untuk melakukan suatu pekerjaan, misalnya para mekanik perlu membaca buku petunjuk, ibu-ibu membaca booklet tentang resep masakan, membaca prosedur kerja dari pekerjaan tertentu. Kegiatan membaca semacam ini dinamakan dengan reading for work.

Agar tujuan membaca dapat berhasil dengan baik, ada beberapa metode utama dalam proses membaca sebagai berikut:

1. Model dari bawah ke atas

Model ini pertama kali dikemukakan oleh Goodman (1967). Proses ini merupakan suatu proses yang melibatkan suatu persepsi yang tepat, terinci dan berurutan serta identifikasi huruf, kata, pola, dan unit-unit bahasa yang lebih luas.

2. Model dari atas ke bawah

Goodman menyebut model ini sebagai model terka (guessing game). Pada tahun 1971 Frank Smith menyempurnakan model ini , walaupun masih menggunakan nama yang sama. Inti metode ini menyatakan bahwa "membaca" merupakan suatu permainan menerka yang bersifat psikolinguistik, melibatkan interaksi antara pikiran dan bahasa. Membaca efisien tidak terjadi melalui persepsi yang tepat dan identifikasi terhadap berbagai unsur bahasa, melainkan dari ketrampilan menyeleksi penanda-penanda yang sangat sedikit jumlahnya, namun sangat produktif yang diperlukan untuk menerka isi bacaan.

3. Model interaktif

Disebut interaktif karena disini terjadi interaksi dari gabungan berbagai pengetahuan pembaca, serta interaksi antara pembaca dan teks. Terjadinya model (metode) interaktif dapat digambarkan sebagai berikut.

Membaca dipahami sebagai perilaku kognitif yang didasarkan pada jenis-jenis pengetahuan tertentu yang disebut dengan struktur kognisi pembaca. Struktur ini bersemayam di otak manusia dan proses berawal dari struktur tersebut yakni dari apa yang dibentuk, dari apa yang tersimpan sebagai schemata dalam ingatan pembaca. Pengetahuan tentang berbagai hal yang telah tersimpan dalam struktur otak manusia akan memudahkan manusia mencerna isi bacaan. Secara simultan pengetahuan tentang substansi bacaan merangsang harapan-harapan berkenaan dengan struktur konseptual yang lebih luas dari bacaan. Berbekal harapan dan pengetahuan tersebut pembaca membuat prediksi yang tepat dalam menginterpretasikan makna teks secara keseluruhan. Bila hal ini terjadi maka pembaca telah memperoleh pemahaman dari apa yang telah dibacanya.

Motivasi Internal dan Eksternal

Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang, termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Dalam kaitan ini dapat kita simak teori rangsangan dan dorongan. Dorongan adalah daya motivasional yang mendorong lahirnya perilaku yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan. Dorongan yang dimaksud adalah motivasi tidak hanya untuk perilaku tertentu saja, melainkan perilaku apa saja yang berkaitan dengan kebutuhan dasar yang diinginkan seseorang. Dorongan-dorongan tersebut dapat muncul dari dalam diri orang tersebut atau dapat dirangsang dari luar.

Memperhatikan asal dari dorongan untuk berperilaku, dapat diprediksikan bahwa minat dan kegemaran membaca itu timbul dalam diri anak SD, SLTP maupun dari orang-orang lain di lingkungan sekitar. Oleh sebab itu upaya untuk mengangkat program peningkatan minat dan kegemaran membaca perlu melibatkan unsur-unsur berikut ini:

a. anak didik pada semua jenjang SD dan SLTP, SLTA, dan guru sekolah

b. sekolah dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang pengkondisian tumbuhnya minat dan kegemaran membaca

c. orang tua di rumah, dan

d. lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah

e. lembaga-lembaga masyarakat yang berminat terhadap pengembangan minat dan kegemaran membaca, misalnya dengan mendirikan pondok baca

f. pemerintah melalui berbagai program yang dikembangkan, seperti adanya kegiatan bulan buku nasional pada setiap bulan Mei, hari Aksara Internasional pada setiap bulan September dan sebagainya yang bisa dikaitkan dengan pembinaan minat dan kegemaran membaca.

Motivasi yang berasal dari anak merupakan dorongan yang bersifat internal, sedangkan dorongan dari pihak lainnya bersifat eksternal. Dengan kata lain bila akan merumuskan strategi peningkatan minat dan kegemaran membaca anak didik maka dua model strategi tersebut patut dipertimbangkan, yaitu model strategi yang didasarkan pada motivasi internal dan model yang digerakkan oleh motivasi eksternal.

Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran membaca yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai berikut.

1. Dimensi edukatif pedagogik

Dimensi ini menekankan tindak-tindak motivasional apa yang dilakukan para guru di kelas, untuk semua bidang studi yang akhirnya para siswa tertarik dan memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Paradigma pengajaran saat ini adalah berpusat pada anak didik, maka pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari di kelas.

2. Dimensi sosio kultural

Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca siswa dapat digalakkan berdasarkan hubungan-hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat. Misalnya dalam masyarakat paternalistik, orang tua atau pemimpin selalu menjadi panutan. Dalam hal ini jika yang dijadikan panutan memiliki minat baca maka dapat diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak akan memiliki sikap dan kegemaran membaca.

3. Dimensi perkembangan psikologis.

Anak usia sekolah pada jenjang SLTP (usia 13-15 tahun) merupakan usia anak menjelang remaja (praadolesen). Tahap akhir masa anak-anak didominasi oleh fungsi pengamatan, sementara pada masa praadolesen didominasi oleh fungsi penalaran secara intelektual (Soemanto, 1987). Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa. Pengamatan membaca yang jitu biasanya melalui ilustrasi gambar. Penalaran intelektual mudah dirangsang melalui diskripsi yang dikotomis, argumentasi yang menggugah.

1 komentar:

  1. Menurut saya, minat baca pada masyarakat kita dapat dikatakan kurang. Memang perlu disadari bahwa minat baca tergantung pada motivasi yang dimiliki oleh tiap individu. Dalam hal ini, motivasi yang bersifat internal akan sangat mementukan terhadap minat baca seseorang. Jika masyarakat menyadari tentang pentingnya sebuah Informasi maka saya yakin bahwa minat baca seseorang akan tinggi. Oleh sebab itu, menumbuhkan minat baca sangat penting demi pemenuhan terhadap kebutuhan informasi.
    Namun, jika melihat keadaan masyarakat kita yang kurang menyadari tentang pentingnya informasi dalam hal ini motivasi yang bersifat pribadi atau internal, maka motivasi yang bersifat eksternal pun dibutuhkan. Misalnya saja terdapat sebuah informasi baru yang belum diketahui maka secara tidak langsung akan memotivasi seseorang untuk membaca berkaitan dengan informasi yang baru diterima.
    Mereka perlu dipaksa untuk membaca. Dalam hal ini paksaan ini tidak secara langsung. Sebagai contoh adalah mahasiswa. Dalam kenyataannya, tidak semua mahasiswa gemar membaca. oleh sebab itu, contoh motivasi eksternal tersebut misalanya dorongan dari seorang dosen dengan memberikan tugas yang hanya dapat diselesaikan dengan cara membaca. Dengan adanya motivasi yang diberikan ini, maka mahasiswa tersebut mau tidak mau akan membaca. Secara tidak langsung mereka dipaksa untuk membaca. Walaupun pada awalnya merupakan paksaan tetapi diharapkan upaya ini mampu menumbuhkan minat membaca dari mahasiswa tersebut.

    BalasHapus