Selasa, April 14, 2009

Ada Apa Perpustakaan SMK?


Ditulis oleh Darmono

Salah satu kebijakan pemerintah tentang pendidikan menengah adalah peningkatan jumlah dan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Secara umum kegiatan belajar- mengajar di SMK meliputi teori dan praktik. Kegiatan belajar teori pada prinsipnya sama dengan sekolah umum. Sedangkan kegiatan belajar praktik merupakan kegiatan belajar yang seharusnya lebih banyak dibanding dengan kegiatan teori. Oleh karena itu sebenarnya untuk SMK ruang teori bukan merupakan hal sangat penting, karena siswa seharusnya lebih banyak di ruang praktik. Untuk menunjang kegiatan belajar praktik di SMK, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai seperti bengkel dan laboratorium..

Tanpa tersedianya sarana dan prasarana tersebut, maka SMK akan menjadi SMK teori atau dikenal juga istilah SMK sastra. Alat dan bahan yang dibutuhkan kegiatan praktik siswa rata-rata harganya relatif mahal, sehingga untuk kelancaran praktik tersebut diperlukan biaya yang besar. Disamping itu, untuk mencapai sasaran yang diharapkan diperlukan tenaga pengajar/guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Untuk mendapatkan guru yang seperti ini tidak mudah. Apalagi teknologi terus berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Seharusnya guru selalu mengikuti perkembangan teknologi agar tidak ketinggalan teknologi. Diharapkan mereka mengajarkan teknologi yang terkini. Hal ini pun masih terdapat kendala, karena pendidikan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga yang diajarkan sekarang mungkin pada saat siswa tamat, teknologi tersebut sudah ketinggalan

Salah satu hal yang perlu dipersiapkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di lingkungan SMK adalah keberadaan perpustakaan sekolah yang berfungsi secara baik. Dalam penerapan pembelajaran banyak ditemui berbagai permasalahan lapangan salah satunya adalah ketersediaan bahan pelajaran untuk menunjang proses pembelajaran masih harus perlu dispersiapkan dengan baik. Banyak sekolah di lingkungan SMK yang belum siap dengan penyediaan bahan pelajaran melalui perpustakaan sekolah. Ketidaksiapan tersebut bukan semata-mata disebabkan kurangnya bahan pelajaran (baca buku dan sumber informasi ilmiah lainnya), akan tetapi juga disebabkan oleh pengelolaan perpustakaan yang kurang baik dan terstandar, sehingga koleksi yang sudah dimiliki kurang dapat didayagunakan untuk menunjang pelaksanaan kurikulum secara maksimal.

Berdasarkan beberapa pengamatan dan survei secara umum masih banyak sekolah belum memiliki perpustakaan yang dikelola dengan baik yang mampu menunjang proses pembelajaran secara memadai sesuai dengan tuntutan KBK, apalagi untuk perpustakaan di lingkungan sekolah d SMK. Berdasarkan pengamatan awal bahwa keberadaan perpustakaan di lingkungan sekolah di SMK belum dikelola secara memadai, hal ini lebih banyak disebabkan karena tenaga pengelola yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola perpustakaan.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Kepala Perpustakaan Nasional RI bahwa hanya 5% (lima persen) dari seluruh sekolah pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 260.000 unit yang sudah memiliki perpustakaan, selebihnya sebanyak 95% (sembilan puluh lima persen) tidak dan belum memiliki perpustakaan sekolah. Padahal, keberadaan perpustakaan sangat penting dalam menunjang proses belajar-mengajar, sekaligus sarana menanamkan budaya baca kepada siswa sejak dini (KOMPAS, Kamis 3 Juli 2003). Berbagai faktor yang menyebabkan kondisi ini mulai dari tidak adanya ruangan walaupun buku-buku sudah tersedia, tiadanya petugas perpustakaan, dan kendala lain adalah faktor kepedulian dari sekolah yang relatif masih kurang perhatiannya terhadap perpustakaan sekolah.

Sementara itu, Gerakan Pemasyarakatan Gemar Membaca (GPGM) sebuah LSM yang kegiatannya terfokus pada peningkatan minat baca masyarakat, memprediksi bahkan hanya sekitar satu persen pendidikan dasar (SD dan SMP) negeri di Indonesia yang jumlahnya sekitar 260.000 buah lebih yang telah memiliki perpustakaan sekolah. Kondisi perpustakaannya pun tak tertata secara baik dan sebagian besar isinya adalah buku pelajaran pokok yang diberikan pemerintah kepada sekolah-sekolah (KOMPAS, Kamis 25 Juli 2003).

Demikian pula tentang jejak pendapat KOMPAS (Sabtu, 19 Maret 2005) menyatakan bahwa harapan dari keberadaan perpustakaan baik itu perpustakaan umum, perpustakaan sekolah maupun perpustakaan daerah paling tidak adalah untuk membangkitkan apresiasi terhadap buku sehingga dapat membangkitkan tumbuhnya minat baca. Akan tetapi dari hasil jejak pendapat tersebut menyebutkan bahwa 51,1% paling tidak seminggu sekali berkunjung ke perpustakaan, sementara sebesar 26,7% menyatakan sebulan antara 1 sampai 3 kali, dan sebanyak 22,2% menyatakan kurang dari satu kali sebulan atau tidak pernah. Jejak pendapat KOMPAS tersebut menunjukkan bahwa apresiasi terhadap perpustakaan, dalam hal ini termasuk siswa sangat rendah. Hal ini disebabkan perpustakaan kurang dapat berperan secara aktif untuk merangsang siswa agar mau datang ke perpustakaan sekolah.

Secara umum kurang berfungsinya perpustakaan sekolah disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

Pertama, terbatasnya ruang perpustakaan disamping letaknya yang kurang strategis. Banyak perpustakaan yang hanya menempati ruang sempit, tanpa memperhatikan kesehatan dan kenyamanan. Kesadaran dari pihak sekolah sebagai penyelenggara sangatlah kurang. Perpustakaan hanyalah untuk menyimpan koleksi bahan pustaka saja. Pengunjung tidak merasa nyaman membaca buku di perpustakaan, sehingga perpustakaan dipandang sebagai tempat yang kurang bermanfaat. Dengan melihat keadaan di atas sepertinya pihak sekolah kurang menyadari tentang pentingnya perpustakaan.

Kedua, keterbatasan bahan pustaka, baik dalam hal jumlah, variasi maupun kualitasnya. Keberadaan bahan-bahan pustaka yang bermutu dan bervariasi sangatlah penting. Dengan banyaknya variasi bahan pustaka, anak akan semakin senang berada di perpustakaan, kegemaran membaca dapat tumbuh dengan subur sehingga kemampuan bahasa siswa dapat berkembang dengan baik dan dapat membantu anak dalam memahami mata pelajaran lainnya. Kemampuan bahasa merupakan kemampuan dasar yang sangat berpengaruh dalam belajar. Begitu juga jika bahan pustakanya bermutu, maka anak akan banyak memperoleh pengetahuan yang berguna dalam hidupnya. Namun, untuk mengadakan bahan pustaka yang banyak dan bervariasi dibutuhkan dana yang besar, mengingat harga bahan pustaka biasanya mahal, lebih-lebih jika bahan pustaka tersebut bermutu. Namun, dari pihak sekolah sendiri sering kurang berusaha untuk menambah koleksi bahan pustaka, dengan alasan utama adalah mahalnya harga bahan pustaka. Padahal, anggaran untuk belanja bahan pustaka setiap tahunnya selalu ada, namun jumlah bahan pustaka hampir tidak pernah bertambah.

Ketiga, terbatasnya jumlah petugas perpustakaan. Banyak perpustakaan sekolah yang tidak ada petugasnya, atau hanya tugas sambilan. Maksudnya, mereka bukan petugas yang hanya mengurus perpustakaan saja, sehingga sering tugas di perpustakaan jadi dikesampingkan dan perpustakaan dianggap kurang bermanfaat. Lebih-lebih bertugas di perpustakaan adalah pekerjaan yang sangat menjenuhkan, baik dalam hal pelayanan pengunjung maupun perawatan bahan pustaka yang ada, sehingga dibutuhkan suatu kesabaran yang tinggi.

Keempat, kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak siswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan. Pada umumnya kurang tahu tentang kegunaan perpustakaan, begitu juga dengan bahan pustakanya. Siswa membutuhkan dorongan dan ajakan untuk berkunjung ke perpustakaan. Kurangnya ajakan untuk mengunjungi perpustakaan menjadikan siswa asing terhadap perpustakaan. Untuk tahap-tahap awal, siswa perlu dipaksa masuk perpustakaan, yaitu dengan jalan memberi tugas membaca buku dan kemudian menceritakan atau membuat laporan. Jika dilakukan secara rutin hal ini menjadi kebiasaan yang positif dan mereka akan merasa membutuhkan perpustakaan.

Untuk meningkatkan keberadaan perpustakaan sekolah di lingkungan SMK agar dapat berfungsi dengan baik dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, solusi yang perlu ditempuh adalah adanya upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia yang menguasai dan peduli terhadap pengembangan perpustakaan sekolah. Untuk itu dipandang strategis bahwa guru atau staf yang akan diberi tugas mengelola perpustakaan sekolah perlu memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai sebagai tenaga perpustakaan sekolah. Standar untuk tenaga perpustakaan sekolah sudah diterbitkan yaitu peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Selolah/Madrasah. Standar ini seharusnya sudah diimplementasikan di sekolah-sekolah di Indonesia termasuk di lingkungan SMK.

5 komentar:

  1. Saya setuju dengan pendapat Bapak tentang perpustakaan sekolah, khususnya di SMK, yang memang notabene lebih mengutamakan aspek praktik daripada teori. Selain dari penjabaran Bapak di atas, mungkin dapat sedikit ditambahkan bahwa pada dasarnya, sekolah hanya melihat aspek penambahan koleksi buku pada kurikulum pendidikan yang ditetapkan pada waktu itu. Padahal, jika saja perpustakaan sekolah, khususnya SMK, mau mengoleksi buku-buku yang mereka butuhkan (contohnya buku-buku tentang komputerisasi, buku-buku lokomotif, buku-buku keterampilan, sablon, dan buku-buku lain yang sesuai dengan mata pelajaran SMK), maka tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin siswa SMK akan lebih sering pergi ke perpustakaan. Memang kita menyadari bahwa siswa SMK sebagian besar dari mereka lebih mementingkan aspek praktik daripada teori. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, karena pada dasarnya SMK adalah sekolah kejuruan yang mempunyai target untuk menjadikan para siswanya menjadi seorang yang dapat terjun langsung di dunia kerja.Namun, seharusnya pendapat atau prinsip yang dijadikan landasan oleh siswa SMK, seharusnya dapat lebih diluruskan. Praktik tidak akan mungkin terlepas dengan teori. Salah satu aspek yang dapat mewujudkan atau mendapatkan teori itu adalah dengan membaca. Sedangkan membaca, tidak akan terlepas dengan adanya faktor pendukung utama, yakni perpustakaan. Jadi, sebagai seorang akademisi (pendidik), hendaknya kita pandai-pandai mengarahkan anak didik kita untuk sama-sama mencintai praktik dan teori, dan tidak menyampingkan salah satu di antaranya. Salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah dengan memperkaya bahan pustaka yang ada di perpustakaan SMK dengan melakukan berbagai promosi perpustakaan di dalamnya.

    By : NUR FADHILAH
    NIM: 306212403146
    MK : Penelusuran Informasi

    BalasHapus
  2. Saya setuju dengan pendapat Bapak di atas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat baca siswa SMK terlihat lebih rendah dibandingakn dengan minat baca siswa SMA. Hal ini dikarenakan pada dasarnya mereka memiliki prinsip bahwa tujuan utama mereka belajar di SMK adalah untuk memiliki dan menguasai ilmu-ilmu praktik daripada teori. Hal ini tidak dapat seratus persen dipersalahkan pada siswa SMK tersebut. Memang notabene SMK adalah sekolah kejuruan di mana anak didiknya digembleng untuk dapat menguasai ilmu-ilmu praktik. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ilmu-ilmu praktik tersebut tidak akan terlepas dari adanya ilmu teori.

    Sekolah-sekolah pada umumnya, memiliki pemahaman bahwa buku-buku yang disediakan haruslah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Hal ini sebetulnya dapat mengikat kebebasan berkarya dan berkreasi bagi anak didik/ siswa SMK tersebut. Jika saja SMK memilki perpustakaan yang menyediakan bahan pustaka seperti buku-buku tentang lokomotif, komputerisasi, ilmu sablon dan percetakan, menjahit, dan buku-buku lain yang sesuai dengan mata pelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah, maka tidak akan ada hal yang tidak mungkin siswa SMK akan tumbuh menjadi siswa yang gemar membaca, yakni dengan tetap memegang ilmu teori dan mempraktikannya. Hal inilah yang menjadi tugas akademisi/ pendidik agar pada nantinya dapat mengarahkan siswa agar tidak mengenyampingkan teori dari praktik. Dalam hal ini, perpustakaan SMK memiliki peran utama untuk dapat mengarahkan prinsip siswa-siswa didiknya tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan memperkaya buku-buku mata pelajaran yang diajarkan serta dengan melakukan berbagai usaha promosi perpustakaan di lingkungannya.

    BY : NUR FADHILAH
    NIM : 306212403146
    MK : PENELUSURAN INFORMASI

    BalasHapus
  3. Saya setuju dengan pendapat Bapak di atas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat baca siswa SMK terlihat lebih rendah dibandingakn dengan minat baca siswa SMA. Hal ini dikarenakan pada dasarnya mereka memiliki prinsip bahwa tujuan utama mereka belajar di SMK adalah untuk memiliki dan menguasai ilmu-ilmu praktik daripada teori. Hal ini tidak dapat seratus persen dipersalahkan pada siswa SMK tersebut. Memang notabene SMK adalah sekolah kejuruan di mana anak didiknya digembleng untuk dapat menguasai ilmu-ilmu praktik. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ilmu-ilmu praktik tersebut tidak akan terlepas dari adanya ilmu teori.

    Sekolah-sekolah pada umumnya, memiliki pemahaman bahwa buku-buku yang disediakan haruslah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Hal ini sebetulnya dapat mengikat kebebasan berkarya dan berkreasi bagi anak didik/ siswa SMK tersebut. Jika saja SMK memilki perpustakaan yang menyediakan bahan pustaka seperti buku-buku tentang lokomotif, komputerisasi, ilmu sablon dan percetakan, menjahit, dan buku-buku lain yang sesuai dengan mata pelajaran yang disediakan oleh pihak sekolah, maka tidak akan ada hal yang tidak mungkin siswa SMK akan tumbuh menjadi siswa yang gemar membaca, yakni dengan tetap memegang ilmu teori dan mempraktikannya. Hal inilah yang menjadi tugas akademisi/ pendidik agar pada nantinya dapat mengarahkan siswa agar tidak mengenyampingkan teori dari praktik. Dalam hal ini, perpustakaan SMK memiliki peran utama untuk dapat mengarahkan prinsip siswa-siswa didiknya tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan ialah dengan memperkaya buku-buku mata pelajaran yang diajarkan serta dengan melakukan berbagai usaha promosi perpustakaan di lingkungannya.

    BY : NUR FADHILAH
    NIM : 306212403146
    MK : PENELUSURAN INFORMASI

    BalasHapus
  4. setelah saya membaca artikel bapak, saya semakin mengerti bahwa keberadaan sebuah perpustakaan sangatlah penting. baik itu berada di sebuah sekolah biasa atau pun sekolah kejuruan. keberadaan perpustakaan pada SMK ini, akan sangat menunjang para siswanya dalam mendalami sebuah ilmu yang telah mereka pilih. walau pun dalam menuntut ilmu mereka lebih banyak melakukan praktek, tetapi ilmu yang telah mereka terapkan akan lebih bermanfaat apabila dapat berjalan beriringan dengan ilmu teori. karena pada dasarnya, ilmu teori dapat menunjang ilmu terapan yang telah mereka peroleh.meskipun banyak kendala dalam mendayagunakan fungsi perpustakaan,tidak menutup kemungkinan perpustakaan yang berada pada sebuah SMK dapat berkembang secara baik dan maksimal.dengan adanya perpustakaan ini, diharapkan pula ndapat menumbuhkan minat baca para siswanya sehingga dapat memunculakan budaya gemar membaca.

    BalasHapus
  5. dari artikel yang bapak tulis di atas, saya semakin mengerti dan mengakui akan pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah khususnya di SMK. sebagaimana yang saya lihat, bahwa siswa SMK lebih ditekankan atau diprioritaskan dengan praktik. namun sebenarnya, jika praktik tanpa teori juga tidak seimbang jadi seharusnya diimbangi teori guna untuk menunjang ilmu yang sudah didapat. teori ini tidak hanya bisa didapatkan dari guru saja namun dari membaca buku yang ada di perpustakaan sekolah. maka itulah seyogyanya pihak sekolah dapat lebih memperhatikan pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah, karena yang saya lihat keberadaan perpustakaan sekolah seolah dikesampingkan, lokasi yang tidak strategis, bahan pustaka yang sangat minim dan tidak nyaman. hal inilah yang juga menjadi penyebab siswa menjadi malas untuk ke perpustakaan juga menyebabkan minat baca siswa berkurang bahkan hilang.

    BalasHapus