Kamis, April 23, 2009

Perpustakaan Sekolah dan Minat Baca

Ditulis oleh Darmono

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu agenda pendidikan nasional yang terus menerus diupayakan. Berbagai program peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan baik yang bersifat kebijakan sampai pada penambahan sarana dan prasarana sekolah. Salah satu kebijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang perlu dipikirkan adalah peningkatan gairah membaca bagi anak didik melalui pemberdayaan perpustakaan sekolah. Pada kondisi seperti itu keberadaan perpustakaan sekolah sangat dibutuhkan untuk menciptakan tumbuhnya minat dan kebiasaan membaca siswa.

Idealnya pembentukan kegemaran membaca bagi anak didik sudah dimulai semenjak anak memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Akan tetapi secara mayoritas kegiatan semacam ini jarang bahkan belum dilakukan secara intensif. Akibatnya meskipun anak sudah menginjak pada jenjang pendidikan SLTP bahkan SMU/SMK dalam diri anak didik secara umum belum terbentuk sikap gemar membaca, bahkan belum tumbuh minat dan kegemaran membaca.

Kemampuan membaca adalah salah satu sasaran antara yang ingin dicapai dalam semua jenjang pendidikan. Kemampuan dan kemauan membaca adalah mutlak untuk dikuasai dan ditingkatkan dalam rangka menghadapi masa depan peserta didik. Oleh sebab itu upaya-upaya untuk pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah sangat strategis untuk meningkatkat kualitas pendidikan.

Pengamat pendidikan Mochtar Buchori menegaskan bahwa pembenahan pendidikan pada jenjang SD, SLTP, SMU/SMK merupakan persoalan mendasar yang harus diselesaikan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Proses pendidikan semestinya tidak menjejali anak dengan pengetahuan sebanyak-banyaknya, akan tetapi memberikan bekal pengetahuan dasar yang penting bagi kehidupan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Suara Pembaruan, 8 Mei 1998)

Pada tingkat pendidikan dasar tiga pengetahuan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung merupakan pengetahuan dasar yang harus dikuasai (prerequisite) murid untuk penguasaan materi pelajaran lainnya. Artinya mutu pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi akan sangat tergantung pada dasar-dasar pengetahuan serta keterampilan yang dikembangkan sejak pendidikan dasar. Melihat hasil praktik pengajaran di pendidikan selama ini, kita belum sepenuhnya berhasil membentuk 3 (tiga) kemampuan dasar tersebut untuk jenjang pendidikan dasar. Dalam konteks inilah akhirnya kemampuan baca (yang dilandasi dengan tumbuhnya minat dan kegemaran membaca) siswa akan sangat menunjang keberhasilan belajar.

Secara umum ada beberapa fakta dan pengalaman penulis yang dapat dijadikan acuan dalam menangani kegiatan ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan ini sejalan dengan program Yayasan Taman Bacaan (MANCA) yang telah mendirikan Rumah Baca di seluruh Indonesia. Peresmian 50 Rumah Baca (tahap I) dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri di SDN Pesisir Lama I, Kampung Pesisir, Kelurahan Panjunan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, pada tanggal 5 Maret 2004 dan serentak untuk 50 rumah baca yang tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya akan dibangun 1000 rumah baca untuk tahap berikutnya. Program pendirian Rumah baca tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca masyarakat maupun di lingkungan sekolah.

2. Mayoritas masyarakat Indonesia termasuk anak-anak usia sekolah belum mempunyai kebiasaan membaca. Di tempat-tempat umum seperti di ruang tunggu stasiun kereta api, terminal bus, bandara, bioskop-bioskop, ruang tunggu kantor, atau ruang tunggu apotik dan sebagainya mereka lebih senang bercanda dengan temannya, atau menonton TV yang tersedia jika ada atau bahkan hanya duduk diam. Hanya segelintir orang yang mau memanfaatkan waktu luangnya di tempat-tempat umum untuk kegiatan membaca.

3. Lebih dari 90% kemajuan yang dicapai negara-negara maju disebabkan oleh sinergi kegiatan belajar formal anak didik di kelas dan ketekunan membaca yang digalakkan di luar kelas.

4. Sebuah hasil survai yang dilakukan oleh International Association for the Evaluation of Education (IAE) tahun 1994, tentang kemampuan membaca siswa SD dari 27 negara, Indonesia menduduki peringkat ke 26. Peringkat tersebut jauh di bawah Hongkong, Singapura, Thailand, dan Filipina (Kompas, Mei 1997). Beberapa faktor penyebab lemahnya minat dan kegemaran membaca anak didik antara lain disebabkan kurang adanya penggalakan dan penciptaan kondisi yang mampu mendukung tumbuhnya minat baca melalui program sekolah yang terintegrasi dengan pelajaran, penyediaan bahan bacaan melalui perpustakaan sekolah yang kurang menunjang, dan dorongan orang tua yang juga lemah.

5. Mayoritas pustakawan atau mereka yang bekerja di Perpustakaan Sekolah mulai SD, SMP, SMU dan SMK di Kota Malang, banyak yang belum pernah memperoleh pendidikan dan latihan tentang cara dan strategi menumbuhkan minat dan kegemaran membaca siswa yang terkait dengan aspek-aspek pemanfaatan perpustakaan sekolah.

6. Pengalaman penulis ketika melakukan kegiatan masyarakat dengan tema “pembinaan manajemen dan pengelolaan perpustakaan sekolah untuk mengkondisikan tumbuhnya minat dan kegemaran membaca siswa” di Madrasah Tsanawiyah KHM. SAID Desa Arjowinangun selama dua tahun 1997-1998 menunjukkan bahwa minat baca anak dapat ditumbuhkan melalui pembentukan lingkungan yang menunjang. Salah satu sarana yang bisa digunakan adalah pengintegrasian kegiatan belajar dan mengajar dengan pemanfaatan perpustakaan sekolah. Pengintegrasian ini mampu mendorong anak didik untuk aktif memanfaatkan perpustakaan sekolah, yang artinya melalui pengintegrasian tersebut secara perlahan tercipta kondisi untuk menumbuhkan minat dan kegemaran membaca siswa.

Peran Perpustakaan Sekolah

Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik dalam segi jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Pada aspek lain minat baca senantiasa perlu dikembangkan. Di lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat. Prinsip pertama perlu adanya usaha untuk memikat pengguna untuk mulai menyenangi kegiatan membaca. Prinsip kedua perlu ada upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan meteri bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak, yang senantiasa terus mendorong anak untuk maju menuju pada kegiatan membaca yang berkualitas.

Dalam hal ini peran yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut (Darmono, 2007).

1. Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan.

2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran (di sekolah) dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan.

3. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan bacaan yang menarik untuk pengguna perpustakaan.

4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pengguna perpustakan. Ini dimaksudakan untuk merangsang anak dalam mencari dan menemukan sendiri bacaan yang sesuai dengan minatnya. Cara ini sekaligus juga dapat menumbuhkan kebiasaan anak untuk melakukan penelusuran bahan bacaan yang diminatinya.

5. Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pengguna merasa betah dan kerasan berkunjung ke perpustakaan. Pengelolaan ini tentunya meliputi semua aspek mulai dari SDM sampai pada anggaran, dan koleksi yang disajikan, sampai pada tata ruang perpustakaan.

6. Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan pemanafaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca siswa.

Secara umum perpustakaan sekolah masih banyak yang perlu dibenahi. Bahkan belum semua sekolah memiliki perpustakaan sekolah yang dapat berjalan secara baik, apalagi untuk menunjang program minat dan kegemaran membaca siswa.

Demikian juga kondisi para pengelolanya yaitu pustakawan. Secara umum kondisi pustakawan di lingkungan Perpustakaan Sekolah kurang menggembirakan baik dari segi pendidikan maupun keterampilan yang dimiliki. Kondisi yang demikian menyebabkan Perpustakaan Sekolah belum mampu menunjang proses belajar secara maksimal apalagi untuk menunjang minat dan kegemaran membaca. Melihat kondisi seperti ini perlu ada pelatihan perpustakaan sekolah agar mampu menunjang pengembangan minat dan kegemaran membaca siswa.

1 komentar:

  1. Minat baca memang harus di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai Salah satu caranya adalah melalui media buku yang dihimpun secara keseluruhan dalam sebuah lembaga yang di sebut perpustakaan.
    Adanya perpustakaan sangat membantu siswa dalam meningkatkan minat baca mereka, apalagi jika di tunjang dengan adanya koleksi-koleksi buku yang menarik dan menunjang pembelajaran siswa.
    Pembinaan minat baca memang selayaknya di mulai sejak dini, bahkan sejak anak mengenal tulisan. Kegiatan ini paling awal biasanya di mulai pada tingkat Sekolah Dasar dan di teruskan sampai tingat Menengah yaitu SMA. Dengan adanya pengembangan minat baca sejak dini, maka akan membantu siswa untuk lebih meningkatkan minat baca pada jenjang selanjutnya. Dan anak akan terbiasa dengan buku sebagai sumber bacaan.

    BalasHapus